iklan nuffnang

Kisah Wali Songo 2 (Sunan Ampel)

Khamis, 3 Disember 2009 ·

Kisah Wali Songo 2 (Sunan Ampel)
Sunan Ampel


I. Asal Mula Sunan Ampel


Adalah seorang ulama besar dari Samarqand, dekat Bukhara yaitu
sebuah negara yang terletak di Rusia Selatan. Namanya Ibrahim Al Ghozi atau
sering disebut Ibrahim Asmarakandi, nama Asmarakandi diambil dari
Samarqandi. Nama lengkapnya Syeh Maulana Ibrahim Asmarakandi.
Sejak dahulu daerah Samarqand dan Bukhara dikenal sebagai daerah
berpenduduk Islam yang taat. Hal ini dibuktikan adanya Makam Imam Bukhari,
ahli hadits yang sangat terkenal di seluruh dunia Islam.
Syeh Maulana Ibrahim Asmarakandi diperintahkan ayahnya yaitu Syeh
Jamaluddin Jumadil Kubra untuk berdakwah ke negara-negara Asia. Beliau
berhasil meng-Islam-kan Raja Cempa dan kemudian bahkan dikawinkan dengan
putri Raja Cempa yang bernama Putri Candra Wulan.
Dari perkawinannya itu beliau dikaruniai dua orang putra, yaitu
Raden Santri atau Sayyid Ali Murtolo dan Raden Rahmat atau Sayyid Ali
Rahmatullah.
Sedangkan putri Raja Cempa yang lain yaitu adik dari Dewi Candra
Wulan yang bernama Dewi Anarawati (sering disebut Darawati) diperistri oleh
Raja Brawijaya, Majapahit.
Raja Majapahit, yaitu Prabu Kertabhumi sangat senang memperoleh
istri cantik jelita dari negeri Cempa itu sehingga istri-istrinya yang lain,
yang berjumlah delapan puluh orang diceraikan, diberikan kepada para pejabat
kerajaan Majapahit, terutama para Adipatinya.
Sebagaimana telah diketahui bersama, bahwa sejak ditinggal oleh
Mahapatih Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk, kerajaan Majapahit telah
mengalami kemunduran. Banyak daerah-daerah yang memisahkan diri baik dengan
atau tanpa sepengetahuan pemerintah pusat Majapahit. Kesetiaan para pejabat
dan adipati banyak yang rapuh oleh kepentingan diri sendiri. Banyak upeti
kerajaan yang tidak sampai ke tangan raja. Hal ini membuat Prabu Kertabhumi
menjadi prihatin.
Ratu Anarawati tak sampai hati melihat suaminya dari hari ke hari
tampak bersedih hati. Pada suatu hari ia memberanikan diri mengajukan
pendapat kepada Prabu Kertabhumi.
"Hamba saksikan para putra pejabat dan adipati banyak yang suka
berfoya-foya. Mereka mabuk dan berjudi, bahkan banyak pula para adipati yang
melakukan tindakan tidak terpuji. Hal inilah yang menyebabkan kemunduran
kerajaan Majapahit."
Prabu Kertabhumi tertarik mendengar pendapat istrinya yang sangat
dikasihi itu. Dengan penuh perhatian dia mendengarkan buah pikiran Ratu
Anarawati.
"Bila manusia suka berjudi maka kejahatan berupa pencurian,
perampokan dan korupsi akan merajalela. Bila manusia suka bermabuk-mabukan
maka akal sehatnya akan hilang dan gampang membocorkan rahasia pribadinya,
temannya maupun negaranya." kata Ratu Anarawati.
"Lalu bagaimana cara mengatasinya ?" tanya Prabu Kertabhumi.
"Saya mempunyai seorang keponakan yang ahli mendidik dalam mengatasi
kemerosotan budi pekerti, namanya Ali Rahmatullah. Dia adalah putra kakak
hamba yang bernama Dewi Candra Wulan."
"Apakah Raja Cempa tidak keberatan bila cucunya tinggal di Majapahit
untuk mendidik para pangeran dan bangsawan Majapahit ?" tanya Prabu Kertabhumi.
"Hamba kira sebaiknya kita kirim utusan untuk meminta persetujuan
Ramanda Prabu di Cempa agar berkenan mengirim Ali Rahmatullah." kata Ratu
Anarawati.
Raja Majapahit kemudian mengirim utusan ke negeri Cempa. Tanpa
diduga Raja Cempa menyetujui permintaan Prabu Kertabhumi. Maka
didatangkanlah keponakan Ratu Anarawati itu.
Pada waktu Sayid Ali Rahmat datang di Istana Majapahit, Prabu
Kertabhumi sangat kagum melihat ketampanan dan kehalusan budinya. Prabu
Kertabhumi kemudian bermaksud mengambil Sayyid Ali Rahmat sebagai menantu.
Sayyid Ali Rahmat disuruh memilih di antara sekian banyak putri Prabu
Kertabhumi.
Memilih istri bukanlah pekerjaan yang mudah. Terpaksa Sayyid Ali
Rahmat tinggal beberapa hari di istana Majapahit. Selama tinggal di istana
Majapahit Sayyid Ali Rahmat bergaul dengan akrab dengan para keluarga
kerajaan dan rakyat jelata. Sehingga dia dikagumi oleh semua orang, terutama
karena halusnya tutur kata dan ketinggian akhlaknya.
Setelah tiba saatnya. Sayyid Ali Rahmat memilih putri Prabu
Kertabhumi yang bernama Dewi Candrawati atau yang kemudian hari disebut Nyai
Ageng Manila.
Setelah perkawinan dengan putri raja Majapahit itu Sayyid Ali Rahmat
diberi gelar Raden sebagaimana putra-putra bangsawan. Dengan demikian Ali
Rahmat kemudian dipanggil oleh orang dengan nama Raden Rahmat, panggilan
yang mudah diucapkan oleh rakyat Majapahit.
Sesuai dengan maksud raja untuk mendatangkan Raden Rahmat ke Tanah
Jawa, maka Prabu Kertabhumi kemudian menghadiahkan tanah beserta bangunannya
kepada Raden Rahmat di desa Ampel, Surabaya. Di sana lah Raden Rahmat akan
bertugas sebagai guru yang mengajarkan budi pekerti kepada para Adipati dan
pejabat keraton Majapahit. Sedang anak-anak para pejabat dan bangsawan
Majapahit diperintahkan untuk menetap di Pesantren Ampel denta. Di Pesantren
itu mereka akan belajar dengan tekun seluk-beluk budi pekerti yang akan
diajarkan oleh Raden Rahmat.
Ternyata para pelajar yang datang bukan hanya dari kalangan
bangsawan Majapahit. Banyak rakyat jelata yang datang dengan suka rela untuk
belajar kepada Raden Rahmat. Dengan demikian nama Raden Rahmat makin hari
makin terkenal. Dan tanpa terasa Islam segera tersebar di kawasan Surabaya
dan sekitarnya.
Raja Brawijaya Kertabhumi sangat puas melihat hasil didikan Raden
Rahmat. Di antara ajaran Raden Rahmat yang terkenal ialah "Moh Limo" atau
tidak mau melakukan Lima Hal tercela yaitu :
1. Moh Main atau tidak mau main judi.
2. Moh Minum atau tidak mau minum yang memabukkan.
3. Moh Maling atau tidak mau mencuri maupun korupsi.
4. Moh Madat atau tidak mau merokok candu maupun ganja.
5. Moh Madon atau tidak mau main perempuan atau berzina.
Lima hal tercela itu tidak boleh dilakukan dengan alasan sebagai
berikut:
1. Main judi itu menimbulkan dendam bagi yang kalah, orang yang kalah judi
bisa menyusahkan keluarga dan negaranya, mereka yang terlanjur gemar judi
akan mencuri, merampok atau korupsi akibat dorongan ingin selalu dapat main
judi.
Sebaliknya mereka yang menangpun hartanya tidak barokah, teman-temannya
banyak yang mengajaknya berpesta pora yang akibatnya hartanya itu ludes sia-sia.
2. Minum arak atau hal yang memabukkan bisa menghilangkan pertimbangan akal
sehat. Tak dapat membedakan baik dan buruk. Pada waktu mabuk bisa
membocorkan rahasia pribadi, rahasia teman maupun rahasia negara sehingga
membuat marah teman dan dipecat dari jabatannya.
3. Maling atau mencuri itu jelas merugikan yang dicuri. Lebih-lebih bila
korbannya adalah orang miskin yang menabung sedikit demi sedikit, setelah
terkumpul banyak dicuri atau dirampok orang.
4. Madat atau menghisap candu dan sejenisnya hanya membuat orang malas,
badan menjadi kurus dan berpenyakitan serta boros, karena harga candu atau
ganja sangat mahal.
5. Madon atau berzina bisa menghilangkan status keturunan, lebih-lebih bila
berzina dengan wanita lacur, akibatnya sungguh fatal. Orang bisa terkena
penyakit kelamin dan AIDS. Menghilangkan status keturunan karena anak hasil
perzinaan tidak tahu siapa orang tuanya.
Itulah didikan yang disukai oleh Prabu Brawijaya. Sang Raja sangat
berterima kasih kepada Raden Rahmat yang telah bersusah payah mengajarkan
budi pekerti kepada para putra bangsawan dan para adipati. Raja menganggap
agama Islam itu adalah ajaran budi pekerti. Ketika Raden Rahmat mengumumkan
bahwa ajarannya adalah agama Islam, Prabu Brawijaya tidak marah. Namun sang
raja tidak bersedia ketika diajak masuk Islam.
"Rakyat dan keluargaku boleh masuk Islam," kata Prabu Brawijaya
Kertabhumi. "Tapi aku sendiri tidak akan masuk Islam, agama Budha terlanjur
mengakar kuat dalam batinku. Biarlah aku menjadi Raja Budha yang terakhir di
Majapahit ini."


II. Kisah Sunan Ampel dan Nyai Siti Karimah


Makin hari nama Raden Rahmat makin terkenal. Karena beliau tinggal
di Ampeldenta maka beliaupun kemudian disebut Sunan Ampel. Sunan artinya
Susuhunan atau Yang Dijunjung Tinggi atau Orang Suci yang dihormati.
Pada suatu hari, ketika Raden Rahmat atau Sunan Ampel hendak
berwudhu, beliau melihat sebuah delima terapung di sungai. Diamatinya buah
itu, ternyata sudah matang dan dalam keadaan utuh dan baik. Maka diambilnya
buah itu. Selesai shalat, Sunan Ampel memakan buah delima itu. Namun baru
dimakan separuh teringatlah beliau bahwa buah delima itu mungkin saja milik
orang yang jatuh ke sungai. Beliau merasa sangat menyesal, kemudian berjalan
menyusuri sungai ingin mencari pemilik buah delima untuk dimintai kerelaan
hatinya.
Pada waktu yang hampir bersamaan datanglah Ki Ageng Supa Bungkul
dari hulu sungai. Keduanya saling mengucapkan salam dan terjadilah percakapan.
"Apa yang Kanjeng Sunan cari di tepi sungai ini ?" tanya Ki Ageng
Bungkul.
"Saya terlanjur memakan buah delima yang saya temukan di sungai ini.
Padahal saya tidak tahu siapa pemilik buah delima yang saya makan itu." kata
Sunan Ampel.
"Nah kebetulan sekali." ujar Ki Ageng Bungkul dengan wajah
berseri."Buah delima itu adalah milik putri saya, sekarang dia menangis
karena kehilangan buah delima itu."
"Astaghfirullah... !" sebut Sunan Ampel. "Kalau begitu saya harap Ki
Ageng sudi memintakan maaf kepada putri Ki Ageng. Saya telah memakan buah
delimanya itu!"
"Tidak bisa Kanjeng Sunan," kata Ki Ageng Bunggul sengit.
"Apa maksud Ki Ageng ?" tanya Sunan Ampel heran.
"Buah delima itu adalah buah kesayangan anak saya," kata Ki Ageng
Bungkul. "Sudah lama anak saya itu menantikan buah itu matang. Setelah
matang ternyata jatuh ke sungai dan anda telah memakannya. Saya dan anak
saya tidak bisa memaafkan begitu saja perbuatan Kanjeng Sunan yang telah
memakan buah delima itu."
Sunan Ampel heran, andaikata saja saat itu ada murid-muridnya, atau
Raja Brawijaya mengetahui perkataan Ki Ageng Bungkul tentu Ki Ageng Bungkul
akan didamprat oleh sang Raja, hanya karena buah delima saja. Ki Ageng tak
mau memaafkan Sunan Ampel yang masih terhitung gurunya.
"Lalu apa maksud Andika Ki Ageng ?" tanya Sunan Ampel.
"Saya baru bisa memaafkan Kanjeng Sunan kalau Kanjeng Sunan bersedia
menikahi anak saya." kata Ki Ageng Bungkul.
Sunan Ampel terdiam beberapa saat lamanya.
Ki Ageng melanjutkan ucapannya, "Perlu Kanjeng Sunan ketahui bahwa
anak saya itu tuli, bisu dan lumpuh. Nah bersediakah Kanjeng Sunan
menikahinya ?"
Sunan Ampel berpikir keras hanya soal buah delima dia harus menikahi
gadis tuli, bisu dan lumpuh. Tapi apa daya, kalau dia tidak mau menikahi
gadis itu Ki Ageng Bungkul tak mau memaafkannya. Padahal setiap daging yang
tumbuh dari barang haram pasti akan masuk neraka. Bagaimanakah bila buah
delima yang telah dimakannya itu telah tumbuh menjadi dagingnya ?
Tak ada pilihan lain, akhirnya Sunan Ampel bersedia mengawini anak
Ki Ageng Bungkul yang bernama Siti Karimah itu. Setelah Sunan diajak ke
rumah Ki Ageng Bungkul dan melihat Siti Karimah beliau jadi terheran-heran.
Ternyata Siti Karimah tidak tuli, bisu dan lumpuh. Gadis itu berwajah
cantik, bisa mendengar, bisa berbicara dan sepasang kakinya pun lengkap.
"Ki Ageng Bungkul," tegur Sunan Ampel. "Apa maksud andika mengatakan
Siti Karimah itu tuli, bisu dan lumpuh ?"
Ki Ageng Bungkul tersenyum, kemudian menjelaskan maksud
perkataannya. "Yang saya maksud dengan tuli, artinya anak saya itu tidak
pernah mendengarkan perkataan-perkataan maksiat dan yang tidak berguna. Saya
katakan anak saya bisu sebab dia tidak pernah mengunjingkan orang maupun
berkata yang tidak ada manfaatnya. Lalu saya katakan lumpuh karena dia tidak
pernah melangkahkan kakinya ke arah jalan maksiat."
Sunan Ampel tersenyum setelah mendengarkan penjelasan Ki Ageng
Bungkul itu, kemudian dilaksanakanlah perkawinan antara Sunan Ampel dan Nyai
Karimah.
Dari hasil perkawinan itu beliau dikaruniai dua orang anak yaitu :
1. Dewi Murthosiah, menjadi istri Sunan Giri.
2. Dewi Murthosimah, menjadi istri Raden Fatah, Raja Demak.


III. Murid-murid Sunan Ampel yang terkenal


Beberapa putra dan murid Sunan Ampel ada yang menjadi anggota Wali
Songo, yaitu Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Giri, Sunan Kalijaga. Raden
Fattah sebelum menjadi raja adalah santri Ampeldenta. Juga Bethara Katong
putra Prabu Brawijaya yang menjadi adipati di Ponorogo.


A. Misteri Sembilan Makam


Di sebelah timur Masjid Agung Sunan Ampel ada makam atau kuburan
sebanyak sembilan. Padahal makam itu hanyalah makam satu orang, yaitu murid
Sunan Ampel yang bernama Mbah Sholeh.
Mbah Sholeh adalah tukang sapu masjid di masa Sunan Ampel masih
hidup. Kalau menyapu hasilnya sangat bersih sehingga orang yang sujud di
masjid Ampel tidak merasa ada debu di dahinya.
Ketika Mbah Sholeh wafat dimakamkan di muka masjid. Santri-santri
yang lain mencoba menggantikan kedudukan Mbah Sholeh sebagai tukang sapu
masjid. Tapi tak ada yang mampu menyapu sebersih Mbah Sholeh. Bahkan masjid
seringkali tampak kotor, akibat keteledoran para santri lainnya.
Ketika masjid tampak kotor terucaplah kata Sunan Ampel "Bila Mbah
Sholeh hidup tentu bersihlah masjid."
Baru saja Sunan Ampel usai mengucapkan kata-katanya tiba-tiba Mbah
Sholeh tampak berada di pengimaman sedang menyapu. Beberapa bulan kemudian
Mbah Sholeh wafat dan dikuburkan di samping timur kuburannya dahulu.
Seperti dulu masjid jadi kotor lagi sepeninggal Mbah Sholeh, lalu
terucap lagi kata-kata Sunan Ampel. Mbah Sholeh pun hidup lagi, hal ini
berlangsung hingga delapan kali. Setelah kuburan Mbah Sholeh ada delapan
wafatlah Sunan Ampel. Beberapa bulan kemudian Mbah Sholeh wafat sehingga
makamnya ada sembilan, kuburannya yang terakhir berada di sebelah timur.
Demikian misteri makam Mbah Sholeh yang berjumlah sembilan itu.


B. Kisah Mbah Sonhaji


Mbah Sonhaji seringkali disebut Mbah Bolong. Ini ada kisahnya. Pada
suatu hari setelah pembangunan Masjid Ampel banyak kawan-kawan Mbah Sonhaji
yang meragukan letak pengimaman masjid. Sebab Mbah Sonhaji diserahi tugas
mengatur letak imam masjid.
"Apa betul letak kiblat masjid ini ?" kata kawannya.
Mbah Sonhaji tidak banyak bicara, dia melubangi dinding pengimaman
sebelah barat lalu berkata kepada kawannya "Coba lihat, apa yang ada dalam
lubang ini !"
Kawannya melihat, ternyata di dalam lubang itu tampak Ka'bah.
Kawan-kawannya yang lainpun segera melihatnya pula. Sejak itu mereka tidak
berani menyepelekan Mbah Sonhaji. Dan kemudian Mbah Sonhaji disebut Mbah
Bolong, karena melubangi pengimaman Masjid Ampel.
Wallahu 'alam

0 ulasan:

iklan etoro

iklan paypal

Pilih Siaran radio anda

 

 

klik "STOP" untuk hentikan siaran radio. Semoga terhibur.

Mengenai Saya

Foto saya
Bandar jengka, pahang, Malaysia